Memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional, “Keragaman Bahasa Cerminkan Kekayaan Imajinasi dan Cara Hidup”
-->

Advertisement Adsense

Memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional, “Keragaman Bahasa Cerminkan Kekayaan Imajinasi dan Cara Hidup”

Wak Puji
Jumat, 21 Februari 2020


60menit.com, Garut - Dalam kehidupan manusia sehari-hari kita dapat menyimpulkan bahwasanya fungsi utama bahasa itu adalah sebagai alat komukasi dalam berinteraksi antar-manusia; sebagai alat untuk berfikir; dan sebagai alat menyalurkan berbagai pengertian, di masyarakat.

Tiada satu pun aspek kehidupan manusia yang keberadaannya tidak membutuhkan kehadiran bahasa. Karena itu sering orang berpendapat bahwasanya eksistensi bahasa adalah cerminan kondisi kemanusiaan pada lingkungan pengguna bahasa itu sendiri, baik untuk kepentingan sekarang dan masa yang akan datang maupun untuk kepentingan pernyataan sejarah pada masa yang telah dilampauinya.


Berkaitan dengan asal mula bahasa itu lahir atau dimulai, ternyata hingga kini banyak pihak yang pendapatnya beragam. Banyak yang beranggapan bahwa perbedaan jenis versi dan teori dalam menjelaskan asal usul bahasa sering menjadi perdebatan para sejarahwan. Sejauh itu pun, untuk memberi pengertian atau batasan mengenai bahasa ini sepertinya berbeda – beda pula (=tidak ada kesepakatan umum mengenai pengertian bahasa yang diungkapkan secara gamblang).

Lepas dari masalah beragamnya pandangan atas asal – usul serta pengertian bahasa, banyak sejarahwan, termasuk di dalamnya ahli filologi bersepakat akan data dari berbagai sumber yang di peroleh, yang menyimpulkan bahwa jumlah bahasa di dunia saat ini diperkirakan 6000-7000 bahasa.

Menilik jumlah bahasa yang tersebar di seluruh dunia tersebut, sudah cukup menunjukkan kepada kita bahwasanya betapa setiap komunitas sosial bahasa bersangkutan secara berkesinambungan memelihara bahasanya masing-masing.

Menyadari akan harus tumbuh dan berkembangnya suatu bahasa, para pengguna bahasa bersangkutan secara langsung akan melibatkan bahasa itu ke dalam dinamika kehidupan kesehariannya.


Mengutip dari microsite Hari Bahasa Ibu Internasional PBB, Bahasa disebut sebagai instrumen paling kuat untuk melestarikan dan mengembangkan warisan kita yang berwujud dan tidak berwujud. Semua langkah untuk mempromosikan penyebaran bahasa ibu akan mendorong keragaman linguistik dan pendidikan multibahasa, juga untuk mengembangkan kesadaran penuh tentang tradisi linguistik dan budaya di seluruh dunia. Selain itu juga untuk menginspirasi solidaritas berdasarkan pemahaman, toleransi, dan dialog.

Hari Bahasa Ibu Internasional adalah peringatan tahunan seluruh dunia yang diadakan 21 Februari, untuk mempromosikan kesadaran akan keanekaragaman bahasa dan budaya serta mempromosikan multibahasa.

Pertama kali diumumkan UNESCO, 17 November 1999, namun baru 2008 secara resmi diakui Majelis Umum PBB dalam resolusi yang menetapkan sebagai International Year of Languages (Tahun Internasional Bahasa).


Gagasan untuk merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional adalah inisiatif Bangladesh. Di negara itu setiap 21 Februari diperingati sebagai momen saat orang Bangladesh berjuang untuk pengakuan atas bahasa Bangla.

“Bahasa lebih dari sekadar alat komunikasi. Tapi ini adalah kondisi kemanusiaan kita. Nilai-nilai kita, keyakinan dan identitas kita tertanam di dalamnya,” kata Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay dikutip dari situs UN.Org.

Baginya, melalui bahasa manusia mentransmisikan pengalaman, tradisi, dan pengetahuan. “Keragaman bahasa mencerminkan kekayaan imajinasi dan cara hidup kita yang mungkin tak pernah terbayangkan”.

Hari Bahasa Ibu Internasional sejatinya telah diperingati setiap tahun sejak tahun 2000, untuk mempromosikan perdamaian dan multibahasa di seluruh dunia dan untuk melindungi semua bahasa ibu. Di mana pada tanggal yang sama ditetapkan sebagai Gerakan Bahasa Bengali 1952 di Bangladesh.

Hari itu diumumkan oleh Konferensi Umum Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) pada November 1999 (30C / 62). Dalam resolusi A/RES/61/266, Majelis Umum PBB meminta negara-negara anggotanya “untuk mempromosikan pelestarian dan perlindungan semua bahasa yang digunakan oleh orang-orang di dunia” pada 16 Mei 2009.
Dalam resolusi tersebut, Majelis Umum menyatakan 2008 sebagai Tahun Bahasa Internasional untuk mempromosikan persatuan dalam keanekaragaman dan pemahaman internasional melalui multibahasa dan multikulturalisme.

Resolusi itu disarankan oleh Rafiqul Islam, seorang Bengali yang tinggal di Vancouver, Kanada. Dia menulis surat kepada Kofi Annan pada 9 Januari 1998, yang memintanya mengambil langkah untuk menyelamatkan bahasa dunia dari kepunahan dengan mendeklarasikan Hari Bahasa Ibu Internasional. Rafiq mengusulkan tanggal itu, di mana pada 21 Februari juga diperingati sebagai tragedi pembunuhan tahun 1952 di Dhaka selama Gerakan Bahasa.


Selamat Hari Bahasa Ibu Internasional!