Pembuatan dan Penyebaran Masker Batik Wujud Penanaman Cinta Kebudayaan Indonesia
-->

Advertisement Adsense

Pembuatan dan Penyebaran Masker Batik Wujud Penanaman Cinta Kebudayaan Indonesia

60 MENIT
Selasa, 24 November 2020

60menit.co.id | Nova Mira, Mahasiswa KKN PPD Covid-19 Universitas Pendidikan Indonesia.

Pembuatan dan Penyebaran Masker Batik Wujud Penanaman Cinta Kebudayaan Indonesia Peserta didik Kelas V SDN 09 Makasar Pagi.

Oleh : Nova Mira, Mahasiswa KKN PPD Covid-19 Universitas Pendidikan Indonesia.

60MENIT.co.id, Jakarta | Masker merupakan kebutuhan bagi semua orang terutama saat pandemic Covid-19 Memasuki kota Jakarta pada awalnya jumlah masker mengalami krisis bahkan sampai harus mengimpor ke China, banyak masyarakat membeli Masker Bedah (Medical/Surgical mask) sebagai wujud penyesuaian aturan APD (Alat Pelindung Diri) Covid-19 yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dalam (Hukormas, 2020).

Berikut ini pengertian Masker bedah sebagai Standar Alat Pelindung Diri (APD) dalam manajemen dampak penanggulanagan Covid-19 menurut Kegunaannya melindungi pengguna dari partikel yang dibawa melalui udara (airborne particle), droplet, cairan, virus atau bakteri. Material/ bahan pembuatannya Non woven spunbond meltblown spunbond (sms) dan spunbond meltblown meltblown spunbond (smms). 

Frekuensi penggunaannya hanya Sekali pakai (Single Use).

Namun karena persediaan masker bedah habis, masyarakat pun melakukan inovasi dengan pembuatan masker berbahan kain. Pada saat ini jumlah penjual masker kain telah berjamur bahkan masker dapat dibuat sendiri dengan kain apapun yang ada di rumah tentunya dibuat secara berlapis 3, sehingga dalam penyediaannya masyarakat tidak perlu khawatir karena sudah banyak tutorial cara pembuatan masker berbahan kain. 


Disiplin dalam memakai masker dianjurkan untuk seluruh masyarakat termasuk peserta didik, peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang cinta terhadap tanah air, sehingga perlunya pengelolaan masker yang dapat memenuhi tujuan pendidikan agar dalam penerapan disiplin masker dapat menanamkan sikap cinta tanah air. 

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah, “untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab,” tentu dalam perkembangan generasi penerus bangsa di era pandemik millenial peserta didik bukan hanya mampu beradaptasi dengan perkembangan IPTEK.


Namun juga menggunakan masker dan tidak lupa dnegan kebudayaan bangsa Indonesia (Kain Batik) guna memberikan pengaruh cinta budaya Indonesia dengan aktifitas pembuatan masker kain batik kemudian dibagikan kepada 10 orang peserta didik SDN Makasar 09 Pagi Jakarta timur diharapkan dapat membuat peserta didik memahami pentingnya disiplin menaggunakan masker di era pandemic serta cinta terhadap kain batik. 

Tentu sebagai warga negara Indonesia, pentingnya rasa cinta tanah air adalah wujud nyata bela negara, sebelumnya telah terjadi klaim kain batik oleh Malaysia, sehingga tahun 2008 presiden Susilo Bambang Yudhoyono berusaha mendaftarkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi UNESCO, dan Pada 9 Januari 2009 batik diterima sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbedawi UNESCO diterima. 

Untuk menjamin keberadaan batik tetap lestari dan kukuh menjadi hak milik bangsa Indonesia dibuat regulasi Kepres No 33 Tahun 2009 yang menetapan hari Batik Nasional pada 2 Oktober 2009. 

Dengan perjuangan tersebut urgensi dalam melestarikan batik merupakan keniscayaan yang penting bagi masyarakat Indonesia, terutama oenerapannya pada generasi muda (peserta didik) yang dapat di awali dari wujud pembiasaan menggunakan masker kain batik. Sehingga kesehatan dan rasa cinta tanah air, tertanam secara lestari sejak dini.

Berdasarkan hasil survey terhadap lingkungan sekolah SDN 09 Makasar Pagi, Wali kelas 5A SDN 09 Makasar Pagi Ibu Sri Lestari, S.Pd, mengatakan “Setuju” atas adanya modifikasi masker bermotif batik sebagai wujud pennanaman disiplin dan cinta terhadap kebudayaan Indonesia, dan mengatakan “Bermotif” saat diberikan pilihan rupa masker yang disukai, dan mengatakan “Batik adalah pakaian ciri khas bangsa Indonesia.”.

Menurut Wali kelas 5B SDN 09 Makasar Pagi Ibu Vesti Budi Rejeki, S.Pd. mengatakan “Setuju” dengan adanaya modifikasi masker bermotif batik sebagai wujud penanaman disiplin dan cinta terhadap kebudayaan Indonesia, dan menyatakan, “Baik adalah kain vercorak yang menjadi ciri khas negara Indonesia, Batik juga warisan leluhur yang harus kita jaga dan lestarikan.”. 

Menurut Kayla Ayuning Putri dan Bayanaka perwakilan siswa/i kelas 5 SDN 09 Makasar Pagi memilih masker “bermotif” dan pemahaman tentang batik yang merupakan suatu identitas bangsa Indonesia yang menjadi kebanggan. Dan menyatakan “Setuju” dalam modifikasi masker bermotif batik sebagai wujud pemahaman disiplin dan cinta terhadap kebudayaan. 

Nova Mira : Pada Cara Pembuatan Hand Sanitizer. 

Menurut Ibu Dian Arinda salah satu Perwakilan Orang tua Murid Kelas 5 SDN 09 Makasar Pagi “Penggunaan masker sudah menjadi pembiasaan dimana setiap hari apabila keluar rumah, dan jikalau dalam situasi sulit dengan jumlah keberadaan masker terbatas, maka Ibu Dian Arinda Menyatakan “lebih baik membuat sendiri masker dengan bahan yang ada di rumah.”

Berdasarkan hasil survey tersebut kuat dukungan pengadaan Masker kain batik pada peserta didik, yang tentunya akan berdampak positif guna mewujudkan cinta terhadap kebudayaan Indonesia,.

Pada hari Sabtu, 22 November 2020. Nova Mira Rizky Wulandari Selaku Mahasiswi KKN Tematik Pencegahan dan Penanggulangan Dampak Covid-19 menyatakan, “setelah memposting Video Pembuatan Masker Batik diteruskan dengan kegiatan membagikan Masker Batik kepada 10 Orang Siswa/I kelas 5 SDN 09 Makasar Pagi sebagai wujud Disiplin diri saat pandemik dan Cinta terhadap kebudayaan Indonesia.” katanya. 
(Nova Mira)