Kasus Intoleransi Legislator Sulsel, Ini Harapan Ketum IKT Papua
-->

Advertisement Adsense

Kasus Intoleransi Legislator Sulsel, Ini Harapan Ketum IKT Papua

60 MENIT
Jumat, 22 Maret 2024

Pdt.DR.Edie Rantetasak, MM. (redaksi 60menit.co.id)


60MENIT.co.id, Toraja Utara | Pdt.DR. Edie Rantetasak, MM, mengingatkan agar semua elemen bangsa menjadikan perbedaan harus menjadi energi untuk memproduksi kekuatan kolektif sebagai sebuah bangsa.


Kasus intoleransi Anggota Dewan Sulawesi Selatan, John Rende Mangontan (JRM) merebak dan menjadi Viral di media. Karena itu, Pendeta Edie Rantetasak, MM, (ERANTA) menyampaikan  semua pihak agar kembali kepada jati diri bangsa yang menghargai kemajemukan, pluralitas, serta heterogenitas. Jati diri bangsa itu dirumuskan dalam konsensus agung bernama Pancasila, yang dibangun di atas bingkai Bhineka Tunggal Ika.


"Perbedaan harus menjadi energi untuk memproduksi kekuatan kolektif sebagai sebuah bangsa, bukan dijadikan sebagai benih untuk menumbuhkan perpecahan. Kebhinekaan harus menjadi kekuatan bangsa. Kebhinekaan tidak boleh menjadi anasir destruktif yang memberi kontribusi bagi rusaknya persatuan dan kesatuan bangsa," tutur Ketua Umum Ikatan Keluarga Toraja Papua, Jumat (22/03/2024) Sore.


ERANTA juga mengingatkan bahwa demokrasi sebagai sistem untuk mewujudkan kesejahteraan publik memiliki potensi dibajak oleh gerakan apapun, baik oleh gerakan fundamentalisme agama dan ideologi maupun fundamentalisme pasar.


"Kebebasan sebagai bagian watak demokrasi telah memberi panggung kepada kelompok radikal mengekspresikan pikiran dan gerakannya yang berpotensi merongrong NKRI melalui berbagai provokasi permusuhan dan juga terorisme," paparnya.


Pada momentum revolusi 4.0 ini, kata ERANTA, iklim demokrasi salah satunya bertumpu pada digitalisasi. Ekspresi demokrasi dan politik diungkapkan melalui kanal-kanal media sosial. Dunia maya berkembang sangat pesat, termasuk dalam konteks penyebaran isu politik, sosial, keagamaan serta isu lainnya.


"Melihat kondisi seperti ini, Ikatan Keluarga Toraja menilai perlu adanya upaya yang lebih ekstensif dan intensif dalam membangun narasi-narasi positif dalam wujud konten yang kreatif, sehingga penyebaran berita bohong, fitnah, polarisasi, dan radikalisme yang selama ini teresonansi gerakannya melalui media sosial bisa diatasi dengan baik," Pungkasnya.


(Sal)