Bupati Garut Menerima Rombongan Dirjen Holtikultura Kempan RI Tentang Closed Loop KADIN
-->

Advertisement Adsense

Bupati Garut Menerima Rombongan Dirjen Holtikultura Kempan RI Tentang Closed Loop KADIN

Wak Puji
Selasa, 14 Juli 2020



60menit.com, Garut - Bupati Garut H. Rudy Gunawan  menerima kunjungan kerja dari tim rombongan Closed Loop KADIN yang dipimpin langsung oleh Ibu Karen Tambayong (Ketua Komtap KADIN Bidang Hortikultura), didampingi oleh beberapa apa mimpi nan dan perwakilan perusahaan ternama di Indonesia dan tepatnya didampingi oleh ibu Mega dari Dirjen hortikultura Kementerian Pertanian republik Indonesia, profesor m. Firdaus (IPB university) pimpinan program bank dunia, direktur PT pupuk kujang perwakilan dari PT panah merah, pimpinan dari pasar komoditas nasional, perwakilan dari 8 village oleh Bapak sunny Gaddafi, tidak lupa juga ada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut yang didampingi oleh Kepala bidang hortikultura.


Bupati Garut atas nama Kabupaten Garut sangat berterima kasih kepada tim yang telah hadir dalam kunjungan kerjanya dan menyambut baik kepada seluruh tamu yang hadir dalam pertemuan kunjungan kerja sama tersebut.

"Pada pertemuan ini saya mengucapkan terima kasih atas kunjungan tim dari Kadin Bidang Holtikultura dikabupaten Garut, diantaranya ada yang bertanya tentang saya bercocok tanam dan Saya sudah mencoba bercocok tanam berkebun ternak ikan ternak lele dan lainnya, dan masalah pakan lele yang mahal, pakan ikan yang mahal, dan mendorong seluruh tamu undangan yang hadir kepada ibu Karen untuk bekerjasama dengan pemerintahan Kabupaten Garut tidak hanya hal di bidang pertanian saja tetapi meliputi bidang yang lainnya juga." kata Bupati Garut yang menceritakan pengalaman dalam bidang holtikultura.

Dalam kesrmpatan tersebut hadir pula Ibu Mega (Dirjen Holtikultura Kementerian Pertanian RI), Profesor M. Firdaus (IPB University), Pimpinan Program Bank Dunia, Pimpinan / Perwakilan PT Pupuk Kujang, Pimpinan / Perwakilan PT Panah Merah, Pimpinan /, Perwakilan Paskomnas (Pasar Komoditas Nasional), Bapak Sunny Gadafi ( 8Village), Rizal Fahreza (Perwakilan Petani Muda Garut), Kepala Dinas Pertanian Garut, Tim percepatan PKK, dan tamu undangan lainnya kurang lebih berjumlah 25 orang


Dalam kunjungan kerjanya Ibu Karen tambayong mengutarakan kenapa membawa beberapa pimpinan perusahaan kehadapan bapak bupati Kabupaten Garut, karena Kabupaten Garut sangat bagus dan masih banyak lahan-lahan diantaranya pertanian khusus untuk holtikultura dan bidang yang lainnya juga, yang sangat presentatif untuk dilakukan usaha atau bisnis kedepannya maka sebagai awal silaturahmi kami kepada bapak Bupati Garut dan untuk kedepannya kita akan lebih serius kembali menata hubungan kerja sama ini.

"Bisnis hortikultura, baik sayuran, buah, tanaman hias atau obat menjanjikan nilai ekonomi yang tinggi. Tidak jarang petani sudah berupaya memperbaiki sistem produksi komoditasnya, namun pada saat panen, karena bersamaan dengan petani lain maka harga jual jatuh, jauh dari harga pokok produksinya. Upaya optimalisasi baik manajemen produksi dan pemasaran hasil akan lebih mudah bila petani memperoleh contoh nyata yang dapat ditiru dari petani lain. Model closed-cloop ke depan diharapkan dapat menjadi success story yang dapat menjadi salah referensi dalam pengembangan bisnis hortikultura di Indonesia," kata Karen Tambayong.

Salah satu lokasi potensial untuk membangun business case yang dapat menjadi teladan bagi para petani adalah Kabupten Garut. Daerah ini adalah salah satu sentra produksi hortikultura terbesar di Indonesia, khususnya komoditas sayuran seperti cabe, tomat, kentang jeruk, alpukat dll. Pemerintah Garut sendiri mempunyai program pembangunan pertanian yang diarahkan untuk pengembangan kewirausahaan terutama bagi generasi muda. Dengan dukungan secara serius dari Pemerintah Daerah, seharusnya bisnis pertanian dapat berkembang dengan sangat baik di Kabupaten Garut. Sebagai model bisnis awal untuk closed-loop, komoditas cabe dapat dipilih karena masih besarnya tantangan peningkatan produktivitas dan fluktuasi harga yang terjadi baik di pasar maupun di tingkat petani.

"Potensi berbagai pihak untuk bekerjasama dalam mengoptimalkan potensi sumberdaya dalam memecahkan berbagai tantangan di sektor pertanian terbuka lebar. Dalam hal ini, keberadaan para aktor di sepanjang rantai nilai pertanian, mulai dari hulu sampai ke hilir, from the field to the table, tidak boleh dipandang selalu dari sisi kompetisi, yang dalam slogan lama akan dapat menciptakan efisiensi. Dengan perkembangan situasi global dan domestik yang semakin vulnerable dan uncertain, maka sinergi antar aktor untuk menciptakan iklim berusaha yang berdaya saing, sekaligus berkeadilan, hendaknya lebih ditonjolkan dalam era pasca pandemi covid, termasuk dalam bidang pertanian," katanya.

Dari sisi sarana produksi pertanian, beberapa pihak dapat bersinergi secara langsung untuk mendukung aplikasi pertanian yang lebih presisi. PT. Ewindo sebagai produsen utama benih hortikultura sudah menjadikan Garut sebagai pasar utama, menempati posisi kedua setelah Kabupaten Banyuwangi. Dari data penjualan benih selama pandemi covid, pembelian oleh petani untuk benih hortikultura ternyata meningkat tajam. Penggunaan benih yang bemutu merupakan kunci awal dari sukesnya budidaya komoditas pertanian. Selama ini upaya diseminasi benih bermutu kepada petani sudah dilakukan dengan berbagai strategi antara lain dengan merangkul para tokoh petani muda. PT. Ewindo bahkan sudah akan me-release benih baru cabe yang tahan virus; dapat dikatakan pertama di Indonesia. Berbagai enabler ini tentunya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung pelaksanaan model closed-loop hortikultura di Kabupaten Garut.


"Pengembangan model closed-loop harus didukung oleh teknologi informasi (ICT) yang memadai. Pengalaman dari Mercy Corp Indonesia yang sedang mengelola kegiatan pengembangan ICT pemberdayaan peran penyuluh di daerah beririgasi, termasuk di Garut, diseminasi teknologi pertanian mulai dari penyediaan benih, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit sampai kepada pemasaran dapat dilakukan secara digital. Sebagai contoh 8 Villages dengan aplikasi Petani, sudah dapat mendiseminasi teknologi pertanian seperti  kalender tanam dan informasi harga pangan ke dalam telepon pintar milik penyuluh dan petani," katanya pula.

Model closed-loop bersifat tidak kaku. Peran dari aktor lain seperti perusahan-perusahan penyedia obat, penyedia jasa asuransi pertanian, pembiyaaan dll. tentu akan sangat bermanfaat. Value co-creation dari model dapat disusun setidaknya untuk meningkatkan kinerja bisnis hortikultura melalui sinergi antar pemangku kepentingan dalam budidaya cabe oleh petani. Peningkatan produktivitas dan tingkat harga yang lebih tinggi yang diterima oleh petani saat panen adalah contoh dari keluaran yang terukur.

"Dalam implementasi kegiatan ini tentunya petani bukan menjadi obyek. Dalam hal ini peran petani tokoh atau champion sangat penting. Dengan keberadaan duta petani milenial, Rizal di daerah ini, bersama-sama dengan lebih dari 30 petani hortikultura muda lain siap menjadi bagian sentral. Mereka akan terus didorong oleh para penyuluh yang sudah dilengkapi dengan fasilitas ICT dari program Kostratani," pungkas Karen.