Denny JA, Apresiasi Lukisan Menuju Seni Baru
-->

Advertisement Adsense

Denny JA, Apresiasi Lukisan Menuju Seni Baru

60 MENIT
Sabtu, 19 Agustus 2023

Beberapa Contoh Lukisan karya Denny JA (redaksi)


MENUJU JENIS SENI BARU: LUKISAN DENGAN ARTIFICIAL INTELLIGENCE

Oleh : Denny JA

Tentang lahirnya genre seni lukis

60MENIT.co.id, Bandung | “Generasi yang baru juga membutuhkan jenis seni (genre) baru”. Demikian pandangan dari Pablo Picasso. Ia seniman, pelukis dan pematung genius abad 20.  Ia sendiri yang mendalami sejarah seni lukis menjadi saksi.  Zaman yang baru tak hanya membawa teknologi baru tapi juga selera seni yang baru.


Menurut Picasso, seni harus terus berkembang dan mencerminkan perubahan zamannya. Picasso sendiri menjadi pelopor banyak gerakan seni baru, termasuk Kubisme dan Surealisme.


Ini zaman baru. Datangnya berbagai aplikasi Artificial Intelligence, di zaman yang baru, akankah berujung pada lahirnya genre seni lukis yang baru pula?


Renungan ini yang datang ketika saya melihat kembali tiga buah buku yang baru saja saya terbitkan. Dalam waktu setahun, telah terbit tiga buku, berisi 241 lukisan saya yang dibantu berbagai aplikasi Artificial Intelligence.


Lukisan dengan bantuan artificial intelligence ini akankah berujung pada nilai estetika yang baru?


Tidak ada aturan baku yang ketat untuk menandai lahirnya genre baru dalam seni lukis. Namun  ada beberapa kriteria umum yang sering muncul. (1)


Cara baru melihat dunia dapat menjadi awal lahirnya genre baru seni lukis. Seniman yang menciptakan genre baru sering kali memiliki perspektif baru tentang dunia, dan mereka melihat berbagai hal dengan cara yang berbeda dari pendahulunya. 


Ini dapat terinspirasi oleh penemuan ilmiah baru, perubahan sosial, atau hanya keinginan pribadi untuk menantang status quo.


Surealisme dan Impresionisme menjadi dua contoh genre yang muncul pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. 


Surealisme terinspirasi oleh karya Sigmund Freud dan studi tentang pikiran bawah sadar. Seniman seperti Salvador Dali dan René Magritte menggunakan lukisan mereka untuk menjelajahi dunia mimpi dan kekuatan imajinasi. 


Genre baru dapat pula tercipta karena datangnya teknik baru melukis. Seniman yang menciptakan genre baru seringkali mengembangkan teknik melukis baru. 


Teknik-teknik ini bisa berupa apa saja mulai dari cara baru menggunakan warna hingga cara baru mengaplikasikan cat ke kanvas.


Impresionisme, di sisi lain, terinspirasi oleh alam. Seniman seperti Claude Monet dan Pierre-Auguste Renoir menggunakan lukisan mereka untuk menangkap efek sekilas cahaya dan atmosfer.


Dapat pula obyek baru menjadi genre seni lukis. Seniman yang menciptakan genre baru seringkali memilih untuk menggambarkan subjek baru dalam lukisannya. 


Untuk menjadikan seni lukis dengan bantuan Artificial Intelligence sebagai genre baru dalam dunia seni lukis, perlu memenuhi kriteria yang sama dengan genre baru lainnya. 


Pertama, ia perlu menawarkan cara baru untuk melihat dunia. Lukisan bertenaga AI dapat melakukan ini dengan menggambarkan dunia dengan cara yang tidak mungkin dilihat manusia, seperti dengan membuat gambar objek empat dimensi atau dengan menunjukkan dunia dari perspektif binatang, misalnya.


Kedua, lukisan bertenaga AI perlu menggunakan teknik baru. AI dapat digunakan untuk membuat lukisan dengan detail yang sangat realistis, atau dapat digunakan untuk membuat lukisan yang benar-benar abstrak.


Ketiga, lukisan bertenaga AI perlu menggambarkan obyek lukisan baru. AI dapat digunakan untuk membuat lukisan dunia imajiner, atau dapat digunakan untuk membuat lukisan peristiwa dunia nyata dengan cara yang belum pernah terlihat sebelumnya.


Jika seni lukis bertenaga AI dapat memenuhi kriteria tersebut, maka lukisan berpotensi menjadi genre baru dalam dunia seni lukis. 


Ini akan menjadi genre yang menarik sekaligus inovatif, dan akan menawarkan cara baru bagi seniman untuk menjelajahi dunia era revolusi industri ke-empat.


Sebelum masuk ke jalur revolusioner inovasi di atas, saya sendiri mulai mengembangkan ciri lukisan yang cepat dikenali. 


Margaret Keane dikenal dengan Big Eyes. Aneka lukisannya selalu diwarnai oleh karakter manusia yang matanya sangat besar. Acapkali mata ini menggambarkan jiwa yang sedih, kesepian, dan hati yang ditinggalkan.


Fernando Botero melukis dengan karakter tokoh yang gemuknya berlebihan. Selalu hadir figur yang wajah dan badannya menggelembung. 


Karakter ini sesuai dengan pilihan titik pandang sang pelukis yang cenderung pada kritik sosial. Ia menampilkan karakter dengan badan yang sangat gemuk. Pesan yang hendak disampaikan:  banyak para elit yang memang gaya hidupnya sudah berlebihan.


Saya memilih melahirkan karakter dengan telinga yang jauh lebih besar, tidak proporsional dengan wajahnya.


Ini membawa pesan, saatnya kita lebih mendengar. Telinga yang lebih besar menjadi simbol perlu hadirnya karakter di berbagai segmen masyarakat untuk lebih mendengar.


Telinga yang lebih besar tak hanya perlu untuk pemimpin politik. Tapi ia juga perlu untuk ulama, pendeta dan biksu, ilmuwan, pejuang sosial, bahkan juga rakyat biasa.


Belum ada aplikasi artificial intelligence yang mudah diperintahkan untuk membuat karakter itu, dengan telinga yang lebih besar, sangat tidak proporsional. Maka saya sendiri yang harus mengupayakannya dengan teknik editing dan finishing touch tertentu.


Melukis sungguh menjadi bagian untuk rileks. Di tengah ikut terlibat dalam pertarungan pilpres 2024 yang semakin heboh melalui serangkaian survei nasional dan konferensi pers setiap bulan, juga mengurus perkumpulan penulis se- Indonesia dari Aceh hingga Papua, dan memajukan  berbagai usaha bisnis yang saya tekuni, melukis menjadi pelepasan ketegangan.


Namun kreativitas itu sebuah perjalanan. Semakin didalami, semakin dunia seni itu meminta diperkaya dengan inovasi, dengan sesuatu yang baru.


Dan sampailah saya pada tantangan itu. Bagaimana hadirnya berbagai aplikasi artificial intelligence ini dapat dikondisikan agar berujung pada genre baru seni lukis, untuk memperkaya pilihan dalam melukis. 

16 Agustus 2023

(zho)