Curhat Seorang Mahasiswa Garut Ditengah Pandemi Covid-19
-->

Advertisement Adsense

Curhat Seorang Mahasiswa Garut Ditengah Pandemi Covid-19

Wak Puji
Kamis, 14 Mei 2020


60menit.com, Garut - Pada saat ini adalah saat dimana semuanya serba terbatas. Dimana peringatan hari besar pendidikan nasional kemarin tanggal 2 mei 2020 merupakan hari pendidikan Nasional, tetapi apa daya dan upaya tanpa ada yang mengetahui kehendak tuhan lebih kuasa atas segalanya, rencana dan takdir tuhan lebih indah dari pada apa yang di harapkan makhluknya. Makhluknya hanya bisa berusaha untuk memperbaiki semua yang telah di perbuat karena segala sesuatu ada sebabnya.

Bagaimana arah pendidikan ditengah pandemi covid-19?

Pendidikan seharusnya mengalami kemajuan setiap tahunnya, tapi sayangnya pendidikan di indonesia saat ini masih belum ada kemajuaan dan juga tidak disebrangi dengan sistem pendidikan yang gratis, ilmiah dan demokratis sebagaimana semestinya ditambah lagi ditengah pandemi covid-19,
Front mahasiswa yang terdampak Covid-19 mengatakan bahwa ditengah covid -19 ini banyak sekali yang dirugikan terumata dibidang pendidikan.

“Sekitar ratusan ribu mahasiswa dan puluhan juta pelajar sekolah dasar dan menengah pun ‘dipaksa’ untuk melakukan pembelajaran dari rumah,” kata Moh Sehabudin kader GMNI saat diwawancarai.

Disrupsi teknologi terjadi di dunia Pendidikan, pembelajaran tatap muka yang dilaksanakan 100 persen di sekolah, secara tiba-tiba mengalami perubahan yang sangat drastis. Ia menyatakan, tak bisa dipungkiri di atas 50 persen pelajar dan mahasiswa berasal dari masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah.

Yang sangat jauh dari kata efisien karna para pengajar tidak langsung bertatap muka melainkan harus melakukan pembelajaran via online yang sangat kurang jelas ditambah lagi minim nya fasilitas untuk mendapatkan pembelajaran tersebut membuat para pelajar kebingungan. 

Belum lagi ditengah covid -19 biaya spp/ukt yang sama sekali tidak kurangi. Padahal penghasilan ditengah covid – 19 ini sangat jauh harapan bahkan banyak perusahaan mengharuskan merumahkan pekerja. pemerintah harusnya memberikan keringanan atau discount untuk pelajar khususnya mahasiswa dalam pembayaran spp/ukt, pemerintah pusat khusus nya daerah harus ambil langkah yang tepat dan terukur, Tegas Moh Sehabudin.

“Ditengah pandemi ini, sektor pendidikan juga wajib diperhatikan oleh pemerintah dan kita semua, karena bagaimanapun pendidikan itu bersifat penting karena bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta sarana untuk mencapai konsep memanusiakan manusia. Memanusiakan Pola pikirnya, Pola Pandangnya, Gaya Berbicaranya, Wataknya, Sifatnya, bukan hanya sekedar memperlakukannya. Artiannya mendidik karakter itu tidak kalah penting dengan kegiatan belajar mengajar," katanya

Dengan waktu berbulan-bulan baik tingkat Perguruan Tinggi maupun tingkat Sekolah yang menerapkan belajar online dari rumah, apakah itu relevan dan efektif untuk sebuah pendidikan? bisa jadi malah mengurangi semangat belajar Mahasiswa maupun Siswa (Peserta Didik), karena tidak sesuai dengan Standar Operasional prosedur (SOP), apalagi tidak ditunjang dengan Fasilitas dan indikator belajar yang memadai. 

"Disini Pemerintah wajib bertanggungjawab, karena fenomena wabah covid19 ini sudah menjadi Bencana Nasional bahkan internasional, maka menurut UU No. 24 Tahun 2007 yang mengatakan bahwa ketika semua wilayah yang potensial terdampak bencana nasional berarti pemerintah wajib memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, salahsatunya Sektor Pendidikan, karena ini berdampak kepada Ekonomi yang kemudian Orangtua/Wali murid harus tetap memenuhi kebutuhan administrasi pembiayaan seperti UKT atau SPP yang kiranya akan memberatkan Orangtua," kata Sehabudin.

Paling dikhawatirkan pasca fenomena wabah covid ini tidak menutup kemungkinan Mahasiswa / Siswa akan melakukan cuti Studi karena tidak mampu untuk membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) Perguruan Tinggi maupun SPP Sekolah.

"di tambah sebentar lagi akan adanya penerimaan mahasiswa/siswsa baru, yang saya khawatirkan adalaah putus sekolah karena persoalan biaya," Pungkas Moh Sehabudin.