Garut heboh Paguyuban Tunggal Rahayu di Kecamatan Caringin mirip Sunda Empire
-->

Advertisement Adsense

Garut heboh Paguyuban Tunggal Rahayu di Kecamatan Caringin mirip Sunda Empire

Wak Puji
Selasa, 08 September 2020

Sutarman pimpinan Paguyuban Tunggal Rahayu

60menit.com, Garut  - Heboh, sebuah paguyuban yang mirip Sunda Empire muncul di Kecamatan Caringin, Garut Selatan. Paguyuban tersebut bernama Tunggal Rahayu diduga sudah memiliki anggota ribuan orang yang menyebar sampai ke luar Garut.

Pimpinannya yang bernama Sutarman, diduga menyajikan materi yang kaitannya dengan uang tersimpan di Bank Swiss kepada para pengikutnya. Aksi penolakan akan kehadiran paguyuban tersebut sudah sempat dilakukan oleh warga yang tinggal di sekitar berdirinya paguyuban tersebut.

Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Garut, Wahyudijaya membenarkan adanya paguyuban tersebut. Paguyuban itu, disebutnya memiliki nama lengkap Paguyuban Tunggal Rahayu Kandangwesi 101-010.

“Beberapa waktu lalu memang sempat datang ke kita mengajukan izin terkait legalitasnya,” kata Wahyu, Senin (7/9/2020).

Data anggota Paguyuban Tunggal Rahayu

Saat perwakilan paguyuban mengajukan hal tersebut, Wahyu mengaku bahwa pihaknya melihat sejumlah kejanggalan. Karena melihat hal tersebut, pihaknya pun kemudian melakukan penelusuran dan pemantauan terkait aktivitas paguyuban Tunggal Rahayu itu.

“Di antara kejanggalan yang kami lihat, paguyuban ini berani menggunakan burung Garuda yang diubah. Kepalanya jadi menghadap ke depan, dan tulisan Bhineka Tunggal Ika diganti dengan kalimat lain,” ucapnya.

Atas logo tersebut, Wahyu mengaku sempat menanyakan langsung kepada perwakilan paguyuban yang datang ke pihaknya mengajukan legalitas. Namun sayangnya, perwakilan paguyuban itu tidak bisa menjelaskan. Pihaknya pun sempat menanyakan kelengkapan administrasi lainnya, namun tidak ada jawaban yang pasti.

Wahyu mengaku bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan Camat Caringin untuk mengetahui lebih jauh terkait paguyuban tersebut. “Dari informasi sementara, mereka ini baru sebatas melakukan pengajian seminggu sekali. Namun memang jumlah pengikutnya dikabarkan sudah ribuan. Mereka bukan hanya dari Kecamatan Caringin saja, ada juga dari kecamatan lainnya, termasuk dari luar Garut,” ungkapnya.

Kehadiran paguyuban Tunggal Rahayu, menurutinya rawan menimbulkan konflik. Aksi penolakan warga sempat dilakukan terhadap aktivitas. Apalagi dalam kegiatannya, sang pemimpin paguyuban selalu menjanjikan materi dalam bentuk uang kepada para pengikutnya. Bahkan kepada pengikutnya yang memiliki utang, paguyuban berjanji akan melunasi utang-utangnya.

Wahyu menjelaskan, uang yang dijanjikan akan diberikan kepada pengikut paguyuban adalah uang dari Bank Swiss.

“Sepintas, paguyuban ini mirip dengan organisasi Amalillah yang beberapa tahun lalu juga sempat menghebohkan Garut. Hanya saja, kami belum bisa memastikan apakah anggota paguyuban diwajibkan membayar iuran sebagaimana yang terjadi pada anggota Amalillah atau tidak,” jelasnya.

Wahyu memastikan bahwa pengikut paguyuban ini bukan hanya dari Garut saja, namun ada juga dari luar. Hal tersebut diketahui setelah beberapa hari kemarin ia kedatangan tamu dari Bakesbangpol Majalengka yang mempertanyakan keberadaan Paguyuban Tunggal Rahayu.


Pihak Bakesbagpol Majalengka, kepadanya menyebut bahwa di sana terdapat pengikut paguyuban yang jumlahnya ribuan. “Mereka juga menyebut bahwa pusat kepengurusan paguyuban ini ada di Garut sehingga mereka pun datang langsung ke Garut,” sebutnya.

Di Majalengka, pusat kegiatan Paguyuban Tunggal Rahayu rupanya di kampung halamannya Bupati Majalengka. Keberadaan paguyuban tersebut pun rupanya juga menimbulkan keresahan kepada warga lainnya.

“Dengan adanya hal ini, kami mengimbau kepada warga untuk tidak mudah tergiur dengan janji-janji yang diberikan pihak-pihak tertentu, termasuk janji pemberian materi dalam bentuk uang atau pelunasan utang dengan dana berasal dari Bank Swiss. Selain itu, warga juga diharapkan tidak mudah masuk organisasi atau paguyuban yang belum jelas mempunyai perizinan. Dan untuk paguyuban ini, saat ini masih kita telusuri lebih jauh,” pungkas Wahyu.