Tindaklanjuti Laporan YAPITO, WALHI Sulsel Turun Ke Lokasi PLTMH Ma'dong
-->

Advertisement Adsense

Tindaklanjuti Laporan YAPITO, WALHI Sulsel Turun Ke Lokasi PLTMH Ma'dong

60 MENIT
Rabu, 06 Oktober 2021

60menit.co.id | Inilah Terowongan PLTMH Ma'dong yang dibangun PT Nagata Dinamika Hidro Ma'dong dengan menggunakan tenaga kerja China. (dok.anto).


60MENIT.co.id, Makassar | WALHI (Wahana Lingkungan Hidup) Daerah Sulawesi Selatan, merespon laporan YAPITO (Yayasan Peduli Tondok Toraya) terkait Dampak Lingkungan dan Ganti Rugi Lahan Warga Lokal Terdampak Proyek Pembangunan PLTMH Ma'dong di Toraja Utara. Dua anggota WALHI Sulsel, Pendi dan Moriska, diturunkan ke Torut, Senin (4/10) hingga Rabu (6/10). Keduanya tiba di Rantepao dan langsung menuju lokasi PLTMH Ma'dong, sesaat setelah tiba. 


Anggota WALHI tersebut didampingi Ketua YAPITO, Drs. Rony Rumengan, beserta relawannya. Mereka langsung terjun ke areal pembangunan PLTMH Ma'dong dan melihat dari dekat kondisi lingkungan setempat. Selain itu keduanya bertemu dan bertatap muka dengan mewawancarai beberapa warga lokal pemilik lahan terdampak proyek yang belum dibayar. Diantaranya, Petrus Batu, Marthen Bai Kasi, Alik Lelepadang, dan Frans Limbongan. Masih ada lagi yang lain tapi berhalangan sehingga tidak sempat ditemui. 


Ini tanda peringatan 'Berbahaya' di area peledakan sekaitan dengan pembangunan Terowongan. (dok.anto)


Selama di areal PLTM Ma'dong, Pendi dan Moriska, menyaksikan keberadaan Terowongan dan Bendungan yang dibangun PT Nagata Dinamika Hidro Ma'dong lewat kontraktornya, PT AKI. Bendungan dan Terowongan ini konon dibangun dengan menggunakan tenaga kerja China. Kedua anggota WALHI juga mengobservasi tepi Sungai Mai'ting dalam areal PLTMH Ma'dong yang menjadi sumber energi pembangkit listrik tersebut. Saat mobile menuju bendungan dari arah terowongan, tampak satu-dua pohon bak tumbang. 


Pohon tersebut menghambat jalan. Cek percek ternyata pohon itu sengaja dibuat untuk palang jalan oleh beberapa warga lokal pemilik lahan. "Mereka pulang makan. Makanya yang terlihat hanya pohon yang palang jalan," kata Mathius Batto', seorang warga lokal lain yang selama ini ikut memperjuangkan nasib para pemilik lahan. Namun sekembali dari bendungan, tampak dua orang anggota TNI sedang berdiri di dekat pohon kayu yang merintangi jalan itu. Kehadiran keduanya mungkin karena ada laporan dari pihak perusahaan. 


Anggota WALHI Sulsel, Pendi dan Moriska, diterima warga lokal pemilik lahan di Tongkonan Buntu Lepong. (dok.anto)

Kepada awak media, Pendi mengatakan, telah terjadi pengrusakan lingkungan pada pembangunan PLTMH Ma'dong. "Keliatan sekali terjadi pengrusakan lingkungan," ucapnya. Terkait ganti rugi lahan warga lokal yang belum dibayar pihak perusahaan, Pendi menyatakan, pihaknya bersedia membantu warga. "Bahkan bila masyarakat merasa tidak nyaman dengan kehadiran proyek tersebut kami juga bisa bantu untuk menghentikan, asal masyarakat minta dan mau berjuang," ungkap Pendi. 


Drs. Rony Rumengan, Ketua YAPITO, saat bertandang ke Kantor WALHI Sulsel di Makassar, Rabu (29/9). Rony diterima Direktur Eksekutif WALHI Sulsel, Muhammad Al Amin dan anggota WALHI lainnya. (dok.anto).

Diketahui, Ketua YAPITO Drs. Rony Rumengan sebelumnya mendatangi WALHI Sulsel di Makassar, guna melaporkan kondisi yang terjadi pada Pembangunan PLTMH Ma'dong, Torut. Saat bertandang ke kantor WALHI Sulsel, Rabu (29/9), Rony diterima Direktur Eksekutif WALHI Sulsel, Muhammad Al Amin, beserta jajarannya. Dalam pertemuan tersebut, Rony membeberkan secara sekilas kondisi PLTMH Ma'dong serta masalah yang ada. Kepada pihak WALHI, Rony menyerahkan dokumen Studi Kelayakan Pembangunan PLTMH Ma'dong. 


(rume-nur/anto)