Melebarnya Jarak Elektabilitas Prabowo Subianto vs Ganjar Pranowo (LSI DENNY JA)
-->

Advertisement Adsense

Melebarnya Jarak Elektabilitas Prabowo Subianto vs Ganjar Pranowo (LSI DENNY JA)

60 MENIT
Senin, 31 Juli 2023

Jarak Elektabilitas Prabowo Subianto VS Ganjar Pranowo (Denny JA)


- Skenario Head to Head 2 Capres

𝐋𝐒𝐈 𝐃𝐄𝐍𝐍𝐘 𝐉𝐀 (𝐉𝐔𝐋𝐈 2023)

Jimmy Carter di tahun 1976 berucap: “Pemilu Presiden itu seperti lomba lari marathon yang ketat. Kita belum tahu siapa pemenang sampai pertandingan berakhir. Di setiap tahap, pemenang sementara dapat berbeda- beda.”


Sekitar 200 hari menjelang hari pencoblosan Pemilu Presiden,  di bulan Juli 2023, Prabowo Subianto unggul sementara. Namun kali ini ada trend yang berbeda.


Selisih jarak antara Prabowo Subianto dan saingan terdekatnya Ganjar Pranowo melebar dalam simulasi 𝘏𝘦𝘢𝘥-𝘵𝘰-𝘏𝘦𝘢𝘥 hanya dua tokoh saja. 


Mengapa hanya mengeksplor dua capres saja? Ini hanya simulasi jika ternyata pada akhirnya hanya maju dua capres saja, atau jika maju tiga capres, di putaran kedua berhadapan Prabowo versus Ganjar.


Demikian salah satu temuan penting dari riset terbaru LSI Denny JA. LSI Denny JA melakukan survei tatap muka (𝘧𝘢𝘤𝘦-𝘵𝘰-𝘧𝘢𝘤𝘦 𝘪𝘯𝘵𝘦𝘳𝘷𝘪𝘦𝘸) dengan menggunakan kuesioner kepada 1.200 responden di seluruh Indonesia. Dengan 1.200 responden, 𝘮𝘢𝘳𝘨𝘪𝘯 𝘰𝘧 𝘦𝘳𝘳𝘰𝘳 survei ini sebesar 2.9%. 


Survei dilakukan pada tanggal 3 - 15 Juli 2023. Selain survei dengan metode kuantitatif, LSI Denny JA juga memperkaya informasi dan analisa dengan metode kualitatif, seperti analisis media, 𝘪𝘯-𝘥𝘦𝘱𝘵𝘩 𝘪𝘯𝘵𝘦𝘳𝘷𝘪𝘦𝘸, 𝘦𝘹𝘱𝘦𝘳𝘵 𝘫𝘶𝘥𝘨𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵 dan 𝘧𝘰𝘤𝘶𝘴 𝘨𝘳𝘰𝘶𝘱 𝘥𝘪𝘴𝘤𝘶𝘴𝘴𝘪𝘰𝘯 .

 

Nara sumber


𝗕𝗮𝗴𝗶𝗮𝗻 𝟭: 𝗛𝗲𝗮𝗱-𝘁𝗼-𝗵𝗲𝗮𝗱 𝗣𝗿𝗮𝗯𝗼𝘄𝗼 𝗦𝘂𝗯𝗶𝗮𝗻𝘁𝗼 𝘃𝘀 𝗚𝗮𝗻𝗷𝗮𝗿 𝗣𝗿𝗮𝗻𝗼𝘄𝗼

Kini, di bulan Juli 2023, jarak elektabilitas Prabowo Subianto vs Ganjar Pranowo mencapai double digit (10.4%). Elektabilitas Prabowo sebesar 52%. Elektabilitas Ganjar sebesar 41.6%. 

 

Dari tracking survei tahun 2023 bulan Januari, Mei, Juni, Juli bisa terlihat tren elektabilitas Capres. Prabowo menanjak. Sedangkan elektabilitas Ganjar turun-naik. 


Bulan Januari 2023, elektabilitas Prabowo 38.5%. Bulan Mei naik menjadi 44.5%. Bulan Juni naik kembali menjadi 50.4%, dan Bulan Juli juga naik menjadi 52%. 


Elektabilitas Ganjar pada bulan Januari 2023 sebesar 43.1%. Bulan Mei turun menjadi 38.1%. Bulan Juni berhasil 𝘳𝘦𝘣𝘰𝘶𝘯𝘥 menjadi 43.2%. Akan tetapi bulan Juli turun menjadi 41.6%. 

 

Selisih elektabilitas 𝘏𝘦𝘢𝘥-𝘵𝘰-𝘏𝘦𝘢𝘥 Prabowo vs Ganjar semakin melebar. Bulan Januari 2023 selisih 4.6% untuk keunggulan Ganjar. 


Bulan Mei 2023 berbalik keunggulan untuk Prabowo dengan selisih 6.4%. Bulan Juni 2023, selisih naik menjadi 7.2% untuk keunggulan Prabowo. 


Bulan Juli 2023, selisih semakin melebar menjadi 10.4% untuk keunggulan Prabowo. 


𝗕𝗮𝗴𝗶𝗮𝗻 𝟮: 𝗗𝗶𝘀𝘁𝗿𝗶𝗯𝘂𝘀𝗶 𝗣𝗿𝗮𝗯𝗼𝘄𝗼 𝘃𝘀 𝗚𝗮𝗻𝗷𝗮𝗿 𝗱𝗶 𝗕𝗲𝗿𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗦𝗲𝗴𝗺𝗲𝗻 𝗣𝗲𝗺𝗶𝗹𝗶𝗵

Pilihan partai versus capres 𝘩𝘦𝘢𝘥-𝘵𝘰-𝘩𝘦𝘢𝘥 memperlihatkan  Prabowo unggul di semua pemilih partai kecuali di pemilih PDIP. 


Prabowo unggul di pemilih Gerindra, Golkar, PKB, Nasdem, PKS, Demokrat, PAN, PPP dan partai lainnya. Dukungan terhadap Prabowo di pemilih partai Gerindra merupakan yang tertinggi sebesar 93.3%. 


Di pemilih PDIP, Ganjar yang unggul.  Dukungan terhadap Ganjar di pemilih PDIP sebesar 81%.

 

Dari sisi penganut agama, Prabowo unggul di pemilih Islam. Dukungan pemilih Islam  terhadap Prabowo sebesar 54.7%. Dukungan pemilih Islam terhadap Ganjar sebesar 38.9%.  

 

Di penganut agama non-Islam, Ganjar unggul atas Prabowo. Dukungan non-Islam terhadap Ganjar sebesar 62.6%. Dukungan non-Islam terhadap Prabowo sebesar 30.9%.


Untuk pemilih penganut non-Islam, Prabowo tertinggal cukup jauh, di atas 30 persen. Ini jarak elektabilitas yang sangat signifikan. 

 

Dari sisi gender, Prabowo unggul di pemilih laki-laki maupun perempuan. Di pemilih laki-laki, dukungan terhadap Prabowo sebesar 53.0%. Dukungan terhadap Ganjar sebesar 41.7%. 


Di Pemilih perempuan dukungan terhadap Prabowo sebesar 51.1%, Dukungan terhadap Ganjar 41.5%. 

 

Dari lima provinsi terbesar, Prabowo unggul di tiga provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten. 


Dukungan terhadap Prabowo di Jawa Barat 65.7%. Dukungan terhadap Prabowo di Jawa Timur sebesar 44.4%. Dukungan terhadap Prabowo di Banten sebesar 60.0%.

 

Ganjar unggul di dua provinsi yaitu Jawa Tengah dan DKI Jakarta. Basis dukungan Ganjar berada di Jawa Tengah dengan dukungan sebesar 65.9%. Dukungan terhadap Ganjar di DKI sebesar 39.8%.

 

Bagaimana peta dukungan di Jawa dan luar Jawa? Di pulau Jawa yang meliputi semua provinsi yang ada di pulau Jawa, Ganjar unggul atas Prabowo sebesar 0.1%. Dukungan terhadap Ganjar sebesar 45.7%. Dukungan terhadap Prabowo sebesar 45.6%. 


Untuk provinsi Jawa bisa dikatakan per -Juli 2023, dukungan untuk Prabowo dan Ganjar seimbang, hanya selisih 0,1 persen. Sumber keunggulan Ganjar di Jawa Tengah memang sangat mencolok.

 

Di Sumatera (meliputi semua provinsi yang ada di sumatera), Prabowo unggul atas Ganjar sebesar 13.3%. Dukungan terhadap Prabowo sebesar 53.3%. Dukungan terhadap Ganjar 40.0%.

 

Di Indonesia bagian tengah yang meliputi semua provinsi yang ada di Kalimantan dan Sulawesi, Prabowo unggul atas Ganjar dengan selisih sebesar 50.6%. Dukungan terhadap Prabowo sebesar 75.2%. Dukungan terhadap Ganjar 24.6%.  

 

Di pulau Bali-NTB-NTT, Prabowo unggul. Dukungan terhadap Prabowo 56.2%. Dukungan Terhadap Ganjar 37.9%.

 

Di Indonesia Timur yang meliputi semua provinsi yang ada di Maluku dan Papua, Ganjar unggul. Dukungan terhadap Ganjar 50.6%. Dukungan terhadap Prabowo 42.8%.


𝗕𝗮𝗴𝗶𝗮𝗻 𝟯: 𝗣𝗲𝗻𝘆𝗲𝗯𝗮𝗯 𝗝𝗮𝗿𝗮𝗸 𝗘𝗹𝗲𝗸𝘁𝗮𝗯𝗶𝗹𝗶𝘁𝗮𝘀 𝗣𝗿𝗮𝗯𝗼𝘄𝗼 𝗱𝗮𝗻 𝗚𝗮𝗻𝗷𝗮𝗿 𝗠𝗲𝗹𝗲𝗯𝗮𝗿

Setidaknya ada dua hal yang menyebabkan jarak elektabilitas Prabowo dan Ganjar melebar. 


Pertama: empat blunder Ganjar + Mega.  Kedua: dua gerakan cantik Prabowo.  Inu gabungan antara blunder Ganjar dan PDIP dengan manuver Prabowo sendiri.


Mengapa disebut blunder? Dalam riset ini, blunder diistilahkan untuk tindakan yang mengurangi tingkat elektabilitas capres. Sedangkan langkah cantik untuk manuver yang menambah elektabilitas capres.

 

𝘽𝙡𝙪𝙣𝙙𝙚𝙧 𝙥𝙚𝙧𝙩𝙖𝙢𝙖, 𝙬𝙖𝙬𝙖𝙣𝙘𝙖𝙧𝙖 𝙂𝙖𝙣𝙟𝙖𝙧 𝙢𝙚𝙣𝙤𝙣𝙩𝙤𝙣 𝙫𝙞𝙙𝙚𝙤 𝙥𝙤𝙧𝙣𝙤.

Wawancara Ganjar dengan Deddy Corbuzier yang menyatakan apa salahnya menonton video porno selaku orang dewasa, segera menyebar dan viral kembali menjelang pemilu presiden 2024. Itu video lama yang diangkat kembali.


Publik yang menyatakan kurang wajar/tidak wajar sama sekali terhadap capres yang suka menonton video porno mencapai 86.1%. 


Ketidaksukaan publik terhadap video porno, selain karena alasan agama, bisa juga disebabkan karena banyak berita ahli yang menyatakan menonton video porno merusak kesehatan.

 

Ganjar menyatakan pernyataannya soal video porno itu dipenggal. Tapi banyak media memberitakan berbeda. Contohnya adalah pemberitaan di tempo.co pada tanggal 4 Desember 2019. 


Di artikel berita tersebut, bahkan menjadi judul, “Ganjar Pranowo : Kalau Saya Nonton Film Porno, Salahnya di Mana?” Publik terlanjur mempercayai pernyataannya Ganjar yang menyatakan ia suka menonton film porno.

 

Soal Ganjar mengaku menonton video porno bahkan kini dijadikan sayembara nasional. Wanita Perisai sebagai pemrakarsa sayembara nasional ini menyatakan bahwa isu menonton pornografi jangan dianggap sepele.


Para tokoh dan segmen yang tak suka Ganjar Pranowo menemukan satu isu sensitif untuk dikampanyekan: Blunder Ganjar soal pernyataannya untuk menonton video porno.


Di internet, maraknya isu ini terlihat dari banyaknya potongan video wawancara Ganjar dengan Deddy Corbuzier yang  Ganjar menyatakan: “Kalau saya nonton film porno itu salah saya di mana? Saya dewasa.” Beramai-ramai tokoh lain berkomentar, termasuk tokoh agama yang mengecam.


Di satu sisi, Ganjar menyatakan sebuah kejujuran. Hal yang biasa terjadi jika orang dewasa pernah menonton video porno.


Namun seorang tokoh yang kini menjadi Capres menyatakan kejujuran soal nonton video porno di publik itu kontroversial. Para lawannya dengan mudah menyatakan: “Tak apa kita menonton video porno. Itu pak Ganjar saja yang menonton video porno bisa jadi Capres kok.”


Ganjar  perlu lebih hati-hati soal komentarnya di publik soal menonton video porno. Isu ini terus digulirkan di publik melalui sayembara nasional yang digerakkan kaum perempuan Wanita Perisai. Ini dapat menggerus dukungannya  terutama di segmen pemilih perempuan dan penganut agama Islam yang taat.

 

𝘽𝙡𝙪𝙣𝙙𝙚𝙧 𝙠𝙚𝙙𝙪𝙖 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙡𝙖𝙗𝙚𝙡 𝙥𝙚𝙩𝙪𝙜𝙖𝙨 𝙥𝙖𝙧𝙩𝙖𝙞.

Megawati menyebut  presiden (capres Ganjar) adalah petugas partai. Megawati berulang-ulang mengatakannya ke publik. Dulu ia katakan itu untuk  Presiden Jokowi. Kini ia katakan untuk Capres Ganjar.


Di satu sisi, istilah petugas partai itu separuh benar. Capres memang tokoh yang ditugaskan oleh partai. 


Tapi jika sudah menjadi Presiden, lalu Presiden masih dipersepsikan sebagai petugas partai, ini memberi kesan partai politik lebih tinggi dibandingkan lembaga presiden. Atau seorang Presiden seolah bawahan atau petugas dari ketua umum partai yang mencalonkannya. Ini yang salah dan fatal.


Publik tidak suka dengan istilah Presiden petugas partai. Publik yang tidak setuju Presiden disebut petugas partai mencapai 69.9%. 

 

Presiden memang sejatinya bukan merupakan petugas partai dan bukan bawahan ketua umum partai. Prinsip demokrasi modern menyatakan ketika menjadi presiden, kesetiaan seorang pemimpin kepada bangsa dan negara, bahkan jika itu bertentangan dengan kepentingan partainya.

 

𝘽𝙡𝙪𝙣𝙙𝙚𝙧 𝙠𝙚𝙩𝙞𝙜𝙖, 𝙗𝙖𝙩𝙖𝙡𝙣𝙮𝙖 𝙥𝙞𝙖𝙡𝙖 𝙙𝙪𝙣𝙞𝙖 𝙁𝙄𝙁𝘼 𝙐-𝟮𝟬.

Ganjar dipersepsikan ikut membuat batal Piala Dunia FIFA U-20.  Ganjar menjadi tokoh paling tinggi yang disalahkan atas batalnya piala dunia U-20. Sebesar 16.6% menyalahkan Ganjar.


Beberapa pihak sebenarnya sudah mengklarifikasi. Batalnya Piala Dunia U 20 tak berhubungan dengan ketidaksetujuan Ganjar atau tokoh PDIP lainnya. FIFA memiliki alasan berbeda. 


Namun opini publik terbentuk yang merugikan Ganjar Pranowo. 

 

𝘽𝙡𝙪𝙣𝙙𝙚𝙧 𝙠𝙚𝙚𝙢𝙥𝙖𝙩, 𝙂𝙖𝙣𝙟𝙖𝙧 𝙙𝙞𝙖𝙣𝙜𝙜𝙖𝙥 𝙘𝙖𝙬𝙚-𝙘𝙖𝙬𝙚 “𝙢𝙚𝙣𝙚𝙜𝙪𝙧” 𝙋𝙅 𝙂𝙪𝙗𝙚𝙧𝙣𝙪𝙧 𝘿𝙆𝙄 𝙅𝙖𝙠𝙖𝙧𝙩𝙖.

Komentar yang muncul dalam analisa kualitatif misalnya, Ganjar dianggap berlagak seperti Presiden ketika ia menelepon PJ Gubernur Jakarta menyampaikan keluhan pedagang Pasar Warakas Tanjung Priok. 


Sekali lagi, Ganjar Pranowo juga sudah memberikan penjelasan. Ia hanya menyampaikan keluhan dari warga yang ia jumpai. Apa salahnya?


Tapi di era menjelang pemilu presiden, langkah seorang Capres akan selalu menjadi sorotan.


Mayoritas publik menganggap Ganjar, sebagai sesama Gubernur, tak seharusnya menyampaikan keluhan ke PJ Gubernur  Jakarta. Sebanyak 74.7% menganggap Ganjar tak pantas menyampaikan keluhan itu. Hal ini karena “cawe-cawe” Ganjar terhadap PJ Gubernur Jakarta tersebut terpublikasi. 

 

Di sisi lain, dua langkah cantik Prabowo ikut memperlebar elektabilitas 𝘩𝘦𝘢𝘥-𝘵𝘰-𝘩𝘦𝘢𝘥 dengan Ganjar. 

 

𝙇𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖𝙝 𝙘𝙖𝙣𝙩𝙞𝙠 𝙥𝙚𝙧𝙩𝙖𝙢𝙖: 𝙋𝙧𝙖𝙗𝙤𝙬𝙤 𝙙𝙖𝙣  𝙋𝙧𝙚𝙨𝙞𝙙𝙚𝙣 𝙅𝙤𝙠𝙤𝙬𝙞 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙠𝙞𝙣 𝙖𝙠𝙧𝙖𝙗.

Ini juga membentuk pikiran publik bahwa dukungan Jokowi mengarah ke Prabowo di Pilpres 2024. 


Ini masa di mana Jokowi masih populer. Ibarat pepatah menyatakan, jika kita dekat dengan bau harum, kita akan ikut harum.”


Data survei juga memperlihatkan pergeseran pemilih yang puas terhadap Jokowi dari Ganjar ke Prabowo. 


Januari dan Maret 2023, Ganjar unggul di pemilih  yang puas terhadap Jokowi. Namun di Juni dan Juli 2023, Prabowo unggul di pemilih yang puas terhadap Jokowi. 

 

𝙇𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖𝙝 𝙘𝙖𝙣𝙩𝙞𝙠 𝙠𝙚𝙙𝙪𝙖: 𝙨𝙤𝙨𝙞𝙖𝙡𝙞𝙨𝙖𝙨𝙞 𝙋𝙧𝙖𝙗𝙤𝙬𝙤 𝙨𝙤𝙖𝙡 𝙠𝙤𝙢𝙞𝙩𝙢𝙚𝙣𝙣𝙮𝙖 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖𝙩 𝙠𝙚𝙨𝙚𝙟𝙖𝙝𝙩𝙚𝙧𝙖𝙖𝙣 𝙧𝙖𝙠𝙮𝙖𝙩.

Dalam banyak kesempatan Prabowo menyebutkan lima program ekonomi rakyat yang akan ia perjuangkan. Selain itu, para relawannya ikut menyebarkan billboard Prabowo: “Tegas, Sejahterakan Rakyat” di banyak kabupaten.

 

Isu yang diangkat Prabowo juga sesuai dengan harapan publik. Lima Program Ekonomi Rakyat: terjangkau hingga gratis, untuk pendidikan, biaya kesehatan, perumahan, sembako, dan biaya pinjaman dana usaha disukai publik sebanyak 83.5%. Ada juga yang tidak menyukai program ini, tetapi angkanya sangat kecil di angka 1.1% saja. 


Prabowo sudah sejak lama dikenal dengan kampanye menjadikan Indonesia Macan Asia. Identifikasinya dengan ekonomi rakyat sudah terbentuk lama sejak pemilu presiden 2014 dan 2019.



𝘽𝙖𝙜𝙞𝙖𝙣 𝟰: 𝙎𝙞𝙖𝙥𝙖 𝘾𝙖𝙬𝙖𝙥𝙧𝙚𝙨 𝙋𝙧𝙖𝙗𝙤𝙬𝙤 𝙙𝙖𝙣 𝙂𝙖𝙣𝙟𝙖𝙧?

Ganjar memerlukan penguatan Cawapres secara teritorial. Untuk tambahan dukungan di Jawa Barat atau Jawa Timur mengemuka dua tokoh. Khofifah Indar Parawansa untuk di Jawa Timur. Ridwan Kamil (Kang Emil) untuk di Jawa Barat. 

 

Tapi untuk Cawapres Ganjar soal isu ekonomi, mengemuka beberapa tokoh. Erick Thohir menteri BUMN, Sandiaga Uno menteri Parekraf, dan Airlangga Hartarto-Menko Ekonomi.

 

Sedangkan  Cawapres Ganjar untuk dukungan pemilih Islam besar kemungkinan akan mempertimbangkan tokoh NU. Ada beberapa nama yang masuk radar dan berpotensi menjadi Cawapres Ganjar.

 

Prabowo memerlukan penguatan Cawapres untuk Jawa Tengah dan Jawa Timur. Penguatan di Jawa Tengah bisa mempertimbangkan Gibran Rakabuming Raka. Penguatan di Jawa Timur bisa mempertimbangkan Khofifah Indar Parawansa.

 

Cawapres Prabowo untuk isu ekonomi mengemuka dua tokoh. Airlangga Hartarto dan Erick Thohir. Dua tokoh ini, secara isu ekonomi sangat kuat. 


Airlangga Hartarto memiliki nilai lebih seharusnya. Karena di samping ia memiliki kompetensi isu ekonomi, Ia juga ketum Partai Golkar, partai terbesar nomor dua. Airlangga juga memiliki akses ke sumber dana.


Tapi, jika menjadi Capres itu sangat ditentukan oleh elektabilitas, untuk menjadi Cawapres itu  lebih besar dipengaruhi oleh lobi tingkat elit. Di titik ini, Airlangga Hartarto perlu lebih memainkan kartu AS nya.


Kembali kepada kutipan di awal: Pemilu Presiden itu seperti perlombaan lari marathon yang ketat. Pemenangnya hanya diketahui setelah pertandingan sudah berakhir.


Di bulan Juli 2023, dua ratus hari sebelum hari pencoblosan, Prabowo memimpin agak jauh jika Head to Head dengan Ganjar Pranowo.  Selisih dua capres ini sudah dua digit: 10, 4 persen. 


Tapi  seperti lomba marathon, pertandingan memang belum berakhir. Anies Baswedan yang kini menjadi  Capres underdog tetap memiliki kemungkinan untuk bangkit pula jika ia memperoleh momentum.


Detail data dan analisis soal melebarnya jarak elektabilitas Prabowo dan Ganjar dapat dilihat  dalam paper melalui link:

https://drive.google.com/file/d/166IIle8HvUb_WhYpZgyxx43N3hixGFOC/view?usp=drivesdk 


(*)