Info Warga Soal Judi Sabung Ayam di Torut, Seakan Dianggap Angin Lalu. Ada Apa Ya dengan Aparat Setempat?
-->

Advertisement Adsense

Info Warga Soal Judi Sabung Ayam di Torut, Seakan Dianggap Angin Lalu. Ada Apa Ya dengan Aparat Setempat?

60 MENIT
Rabu, 13 Agustus 2025

Suasana di lokasi Sabung Ayam, gambar diambil langsung oleh awak media 60menit.co.id (redaksi 60menit.co.id)


60Menit.co.id, Jakarta | Gencarnya informasi warga soal praktik judi SBY (Sabung Ayam) di Toraja Utara belakangan ini, baik dengan menelpon langsung maupun melalui pesan WhatsApp (WA), kemudian diteruskan ke para petinggi Polres Toraja Utara namun tidak ada tindakan sedikitpun, menjadi masalah krusial yang harus segera mendapat perhatian pimpinan Polri di Jakarta. 


Beberapa informasi praktik judi sabung ayam disampaikan warga di Torut, seperti kegiatan (giat) SBY yang lalu (Minggu, 10 Agustus 2025) di Embang, Tondon Mataallo. Giat ini lanjutan dari hari sebelumnya (9/8). Kemudian, Senin, 11 Agustus, SBY di Sa’dan Malimbong, Kecamatan Sa’dan dengan dihadiri undangan dari luar Torut, dan di Kawasik, Lembang Awa’ Kawasik, Kecamatan Balusu, Selasa, 12 Agustus. 


Tiga moment SBY dengan lokasi berbeda tersebut, diteruskan ke pihak Polres setempat namun tidak direspon. Akibatnya, giat SBY itu terutama di Embang Tondon, seperti terlihat dalam rekaman video dan gambar, berjalan mulus tanpa razia dan tindakan hukum. Ironisnya, khusus SBY di Kawasik, awak media menelpon langsung Kapolsek Sa’dan Balusu, Hendrik Pawara, namun ia balik mempertanyakan sumber informasi dari mana. 


“Dengan siapa? Informasinya dari mana?,” demikian bunyi omongan Sang Kapolsek di balik telepon. Dari nadanya, terkesan tidak ‘friendly’ dan ada upaya pembunuhan karakter terhadap informan. “Wah ini tidak benar cara-cara seperti ini kalau memang benar cara Kapolsek begitu. Bukan lagi Polri untuk Masyarakat kalau begitu. Harusnya kan Polri Presisi, yaitu Melindungi, Mengayomi, Melayani Masyarakat. Kenapa bisa cara menerima informasi masyarakat seperti itu, apalagi kalau yang menelpon orang media atau wartawan. Wartawan itu biasa juga menyamar karena pertimbangan teknis investigasi untuk liputan investigasi sebuah kasus. Apa bedanya dengan polisi reserse atau polisi penyidik dalam menangani kasus kan tidak semuanya bisa dibuka karena pertimbangan teknis penyidikan,” ujar seorang aktivis yang sudah malang melintang enggan disebut namanya. 


Harusnya, kata dia, informasi itu sebagai petunjuk awal yang belum tentu kebenarannya. “Tapi bisa juga benar informasinya makanya itu hanya petunjuk awal. Jadi terima informasi itu, kemudian silahkan teman-teman polisi bertindak. Jangan lagi ada embel-embelnya informasinya dari mana apalagi kalau wartawan yang menelpon. Harga mati itu bagi wartawan membocorkan sumbernya, dan itu wajib hukumnya karena begitu memang undang-undangnya, undang-undang pers, lex specialis, ada hak tolak menyebut sumber. Jadi kalau ada informasi warga begitu langsung saja bertindak. Langsung turun klarifikasi lapangan sambil mengintai sekaligus gerebek, jangan ada momen sedikitpun yang membuat mereka bubar sebelum pasukan tiba di TKP. Intel dan reserse harus solid, resmob harus benar-benar reaksi cepat. Ini yang jadi kelemahan selama ini,” beber sumber tersebut. 


Dia meminta Ormas yang ada di Toraja khususnya di Toraja Utara peka terhadap setiap permasalahan yang ada dan mengambil langkah tegas demi menjaga ketertiban dan ketenteraman di masyarakat. “Semua stakeholder harus solid, ada aparat Kepolisian, ada Kodim, ya Forkopimda. Ormas kalau perlu harus mengambil bagian representatif dari masyarakat dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai instrumen atau sarana pengawasan eksternal dan independen. Apalagi kalau setiap gerakan kontrol sosial Ormas atau LSM itu didukung dengan data-data dokumentasi dan dokumen yang valid, ini luar biasa,” ucapnya memberi dorongan dan semangat pembaruan untuk Toraja khususnya Toraja Utara yang lebih baik, yang bebas dari perjudian. 


(red)