Pharma Oligopoly, Negara Producer Paksin
-->

Advertisement Adsense

Pharma Oligopoly, Negara Producer Paksin

60 MENIT
Minggu, 25 April 2021

60menit.co.id | Sufmi Dasco, pasca disuntikn Vaksin Nusantara, Sabtu (24/04/2021)

PHARMA OLIGOPOLY 

by Zeng Wei Jian 

60MENIT.co.id, Jakarta | Four Leading vaccine makers: GlaxoSmithKline, Merck, Pfizer, Sanofi. Negara producer vaksin punya bargaining position maupun considerable soft power. They control the price dan get profits. Struktur "Pharma oligopoly" otomatis terbentuk. Minggu (25/04/2021).


China Sinovax menggunakan teknologi vaksin tradisonal. Pake virus mati. Praktis. No need special storage. Bisa disimpan di suhu 2-8 degrees Celsius dan stabil sampai 3 tahun. 


Pfizer-BioNTech inovasi canggih. Hasil riset 30 tahun. Flatform sintetik mRNA vaccine. Butuh pendingin minus 70 degrees Celsius. 


Dr Anthony Fauci puji Moderna (mRNA) sebagai "stunningly impressive". Bisa bertahan 30 hari bila disimpan di refrigeration dan 6 bulan di suhu minus 20 degrees Celsius. 


Russian Sputnik V, Oxford Aztrazeneca dan Johnson & Johnson mengaplikasikan "viral-vector platform". Recombinant adenovirus. Disebut heterologous (hybrid) vaccine. 


Sputnik V menggunakan adenovirus family: Ad26 dan Ad5 yang berfungsi sebagai prime and booster vaccinations. Kedua adenoviruses diinjeksi terpisah. Ad26 is used in the first dose and Ad5 is used in the second to boost the vaccine’s effect. 


Oxford Aztrazeneca menggunakan chimpanzee adenovirus (ChAdOx1) yang sudah direkayasa sehingga unable to reproduce. 


Uni Eropa mengizinkan anggotanya membuat "separate deal" dengan vaccine makers lain. R-Pharm Germany GmbH kolaborasi dengan manufacturer Sputnik V yaitu Russian Gamaleya National Research Institute. Austria, Hungary dan Slovakia sudah pesan Sputnik V tapi realisasinya hanya di Hungary. 


Aztrazeneca produksi Inggris-Amerika ditolak Eropa. Alasannya blood cloth side effect. Inggris bukan anggota Uni Eropa. Jadi target "vaccine nationalism". 


“We need to prevent vaccine nationalism,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, the director of WHO. 


Progress vaksin seiring mutasi Covid-19. The E484K mutation mengubah bentuk "spike protein" yang sulit di-identifikasi by body’s immune system. As a result, it may make it less susceptible to the vaccine. 


Ada 4 Variant of concerns: South african (501 V2), Brazilian variant, UK N501Y dan Homegrown New York variant. 


The COVID-19 pandemic is a global challenge. Mestinya butuh global solutions. Deal negara konsumen dan vaccine makers tidak dibuka. Banyak rahasia. 


Eradikasi Virus Covid-19 adalah "The Quest for Holy Grail". Science is a Populist Pursuit. Sir Humphrey Davy mengatakan, "There are very few persons who pursue science with true dignity.” 


Dr Terawan satu dari sedikit orang yang pursue science with true dignity. Dendritic Immunotherapy Nusantara disingkat "Dinus" bisa jadi "The Holy Grail of Science". 


Para Pembela Vaksin Nusantara; Anggota DPR-RI seperti Don Dasco, Melky Laka Lena, Bambang Haryadi, Kasad Jendral Andika Perkasa, RSPAD, Relawan seperti Aburizal Bakri dan Nyonya, Dahlan Iskan, Siti Fadilah Supari, Titiek Suharto, Mardigu 'Bossman Sontoloyo' Wowiek, Scientist seperti Prof Nidom dan Dr Tifauzia Tyassuma masuk kategori "Sadvipra" yaitu Those moralist and spiritualist and who fights against immorality. 


Mereka melawan antek-antek pharma oligopoly yang menggunakan rigid science menghalangi inovasi dan scientific discoveries. 


Nggak ada monopoli dalam science. Physicist Max Born mengatakan, “we are in a jungle and find our way by trial and error, building our road behind us as we proceed.” 


THE END