Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Terima Kunjungan Para Tokoh Toraja
-->

Advertisement Adsense

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Terima Kunjungan Para Tokoh Toraja

60 MENIT
Senin, 20 Juni 2022

60menit.co.id


60MENIT.co.id, Jakarta | Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menerima kedatangan sejumlah tokoh masyarakat Toraja baik yang berdiam di Jakarta maupun di daerah lain. Diantaranya, William Pranada Allorerung, Felix R Rantepada, Rustan Serawak, David Allorerung, Brent Litha, Emmy Rante, Egi, dan Jacobus K Mayong Padang. 


Mereka diterima di Mess Pemda Jawa Tengah, Jl Darmawangsa VIII No. 26, Jakarta Selatan, Sabtu (18/6) pagi. Tampil sebagai juru bicara, David Allorerung. David memperkenalkan satu persatu tokoh masyarakat Toraja yang datang. "Pak Ganjar kami dari komunitas orang Toraja punya kerinduan bagaimana negara ini kedepan, sejarah mencatat bahwa Toraja satu-satunya daerah yang tidak berhasil dikuasai oleh gerombolan dan terjadi dua kali yaitu tahun 1953 dan 1958," tutur David Allorerung mengawali pembicaraan. 


Pertama, orang Toraja benar-benar NKRI, kedua karena solidaritasnya berakibat kuatnya persatuan dan kesatuan. "Salah satu contoh di Sulawesi Selatan yang maju jadi gubernur atau pun jadi walikota di Makassar pasti menang, terbukti sudah empat periode orang Toraja selalu jadi penentu kemenangan," tambah David Allorerung. 


Komunitas orang Toraja juga termasuk pionir di beberapa wilayah di Papua. Mereka merambah hingga ke pelosok, biasanya sebagai guru, perawat bahkan dokter. Kondisi ini berlangsung hingga sekarang. Bahkan ada dari mereka jadi korban KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata).


Pada Pilpres 2019 dukungan atas Joko Widodo di Tana Toraja 92%, sedang di Toraja Utara 95%. Ini karena sensitivitas soal Bhineka Tunggal Ika. Namun kontribusi dukungan ini tidak sepenuhnya membawa nilai tambah bagi Toraja. Terbukti, pembangunan pariwisata di Toraja masih 'agak terbelakang' dan ini jadi masalah. 


60menit.co.id


"Dulu sebelum bom Bali tujuan wisata nomor dua itu Toraja dan itu tercatat dimana-mana namun sayang Toraja tidak pernah masuk dalam kategori tujuan destinasi wisata di Indonesia, padahal tinggal dipoles sedikit saja dan pasar di luar sana mengakui tapi persoalan aksesibilitas," ucap David. 


Syukur, Presiden Joko Widodo membangun Bandara Buntu Kuni di Tana Toraja, namun baru pesawat jenis ATR yang bisa mendarat. "Kami bayangkan kalau Ibu Kota Negara (IKN) jadi di Kalimantan maka Toraja termasuk lokasi yang paling strategis baik dalam pengembangan pertahanan nasional maupun pengembangan pariwisata nantinya, itu kira-kira gambaran orang Toraja sebenarnya dimana dan tahapan-tahapan kedepan serta pengembangan wilayah," pungkas David. 


Merespon ini, Ganjar Pranowo yang kini berada di tiga besar elektabilitas Capres 2024 sesuai hasil survei, mempertanyakan populasi dan  penyebaran suku Toraja di Sulsel. 


"Toraja itu dalam kesukuan terdiri dari berapa kabupaten ?," tanya Ganjar. Suku Toraja di zaman Belanda terpecah-pecah dan berada di beberapa kabupaten. Mulai dari Mamasa, Enrekang, Tana Toraja, dan Toraja Utara. Bahkan hingga Luwu, yakni Palopo, Luwu, Luwu Utara, dan Luwu Timur. 


60menit.co.id


Sekretaris DPD PDI Perjuangan Sulbar, Charles Wiseman, rekan Ganjar Pranowo, yang juga hadir dalam pertemuan tersebut, lebih banyak bernostalgia. Ia mengungkap kenangannya bersama Ganjar saat berkunjung ke Makassar. "Kalau Pak Ganjar ini jadi presiden nanti, beliaulah presiden pertama yang sempat menjadi sopir saya," canda Charles.


Ganjar Pranowo menyinggung soal ideologi dan dukungan partai politik serta ormas terhadap dirinya saat mencalonkan diri jadi Gubernur Jateng. Seperti dukungan NU, PKB dan PKS. Soal Toraja, Ganjar mengatakan, sejak dulu ingin sekali ke Toraja. "Belum kesampaian hingga sekarang," timpalnya.


Terkait pariwisata, perlu referensi atau berbagi ilmu tentang bagaimana memajukan wisata. "Kalau bercanda sih, bila parawisata tidak maju bupatinya ngapain aja ya," ketus Ganjar


Ia juga menceritakan tentang pembangunan infrastruktur Salatiga saat Jokowi membangun jalan tol. Alhasil, rute Salatiga- Semarang sekarang ditempuh dalam waktu 45 menit-satu jam serta tidak macet lagi. Zaman dulu Yogyakarta lebih dikenal kota yang paling toleran, tetapi kini bergeser ke Salatiga. 


(anto)