Posisi Elektoral, Mahfud MD Versus Muhaimin dan Gibran
-->

Advertisement Adsense

Posisi Elektoral, Mahfud MD Versus Muhaimin dan Gibran

60 MENIT
Minggu, 22 Oktober 2023

3 Cawapres RI di Pemilu Tahun 2024 mendatang (zhovena 


60MENIT.co.id, Bandung | Rapimnas Golkar sudah memutuskan untuk usulan mengerucut kepada Gibran Rakabuming Raka sebagai Calon Wakil Presiden bagi Prabowo.


Bisa dipastikan bahwa partai koalisi lainnya akan mengamini putusan ini dan pada ujungnya Gibran pun akan menjadi sebagai cawapres Prabowo.


Kini kita lengkap memiliki sudah tiga calon wakil presiden: Muhaimin Iskandar untuk Anies, Mahfud MD untuk Ganjar,  dan Gibran untuk Prabowo.


Pertanyaan selanjutnya bagaimanakah posisi elektoral tiga cawapres tersebut per-hari ini? 

Posisi elektoral ini penting karena ia akan menentukan seberapa besar nantinya cawapres ini bisa menambah suara bagi capres pasangannya.


Maka kita menganalisis tiga hal sekaligus. Pertama, tingkat pengenalan dan kesukaan masing-masing cawapres.  Kedua, segmen suara terbesar yang bisa mereka pengaruhi.  Ketiga,  basis teritori provinsi besar yang juga bisa mereka mainkan,  untuk menambah dukungan.


Memulai dengan data.  Ini data survei LSI yang dilakukan Denny JA pada bulan September 2023. Untuk tingkat pengenalan per hari, Gibran sudah dikenal oleh 65,4% populasi Indonesia. 


Prosentasenya lebih tinggi dibandingkan Mahfud yang dikenal oleh 60,1% populasi. Juga lebih tinggi dibandingkan Muhaimin Iskandar yang dikenal 49%.


Untuk tingkat kesukaan dari yang mengenal sang Cawapres, Gibran  disukai oleh 81,2% pemilih yang mengenalnya. Itu sangat tinggi dan datang terutama dari generasi milenial.


Mahfud MD disukai oleh 79,8% dari yang mengenalnya. Sedangkan Muhaimin Iskandar disukai oleh 61,5% pemilih yang mengenalnya.


Per hari  ini, 4 bulan sebelum pilpres di tingkat pengenalan dan kesukaan, Gibran unggul sementara. 


Lalu diperlukan juga melihat potensi tambahan dukungan yang bisa mereka ambil. Untuk Muhaimin Iskandar misalnya pemilih NU ini potensial ia eksplorasi.  Pemilih  NU itu banyak sekali sekitar 50%. Tapi tentu saja sejak dulu, pemilih NU tak pernah satu suara.


Kedua, Muhaimin juga bisa mengeksplorasi pemilih PKB di mana Muhaimin sebagai ketumnya itu. Total populasi pemilih di PKB di bawah 10% dari total pemilih Indonesia.


Sedangkan Mahfud MD, ia pun juga bersaing untuk pemilih NU yang totalnya sekitar 50% dari total populasi pemilih. 


Mahfud juga potensial menggaet pemilih dari kalangan terpelajar, terutama aktivis yang militan terhadap isu anti korupsi. Pada isu ini memang titik kuat Mahfud. Segmen pemilih kalangan terpelajar itu sekitar 10% dari total populasi pemilih.


Sementara untuk  Gibran,  ia potensial mengambil pemilih di Jawa Tengah. Total pemilih Jawa Tengah itu sekitar 13,39% dari seluruh pemilih Indonesia. Di Jawa Tengah akan menjadi pertarungan keras antara Gibran versus Ganjar.


Gibran juga potensial mengambil pemilih milenial, yang jumlahnya sekitar 48,5% dari total pemilih Indonesia. Yang lebih utama lagi, yang bisa dieksplorasi Gibran adalah pemilih yang puas terhadap Jokowi. Itu jumlahnya sangat besar,!sekitar 70 sampai 80% dari total pemilih Indonesia.


Teritori besar yang lebih mudah dipengaruhi Gibran adalah Jawa Tengah. Di sanalah memang Gibran dan Jokowi berasal.


Sementara Muhaimin lebih kuat berkiprah di Jawa Timur. Itu provinsi andalannya. Mahfud pun juga lebih potensial di  Jawa Timur, terutama Madura.


Tapi sekali lagi. Seberapa besar pengaruh yang para cawapres ini berikan kepada capres pasangannya, tak hanya tergantung dari manuver mereka. Itu juga tak hanya ditentukan oleh kerja politik positif mereka hingga empat bulan ke depan.


Tapi itu juga ditentukan oleh kemungkinan blunder yang mereka kerjakan. Di titik ini, pengaruh cawapres justru negatif.

(*)